My Biggest Fear
Aku takut ketika kamu mulai menggunakan bahasa formal dalam percakapan kita, karena itu berarti semua akan kembali ke awal.
Kita akan kembali menjadi canggung dan asing. Tiada lagi canda. Tiada pula tawa.
Kadang aku berpikir, kira-kira apa alasanmu?
Am I that matter to you?
Or, am I that annoying?
Seringkali berpikir aku yang kedua. Aku sebegitu menyebalkannya ya untuk kamu?
Oh c’mon, of course I am.
Aku terus-menerus menanyakan dan menyatakan hal-hal yang sudah tak lagi relevan dengan kamu. Hal-hal yang sudah seharusnya aku relakan dari jauh-jauh hari, karena kita tak sama lagi.
Tapi bagaimana?
Bagaimana dengan segala keingintahuan ku? Apakah aku harus membiarkannya melayang-layang saja di udara tanpa pernah terjawab meskipun tersirat?
Mengapa kamu pergi tanpa penjelasan?
Mengapa kamu tiba-tiba meminta untuk berteman saja?
Apa alasan kita menjadi dekat kembali setahun yang lalu?
Dan apa pula yang membuat kamu kembali menghilang?
Ada banyak sekali yang ingin ku ketahui. Apa alasanmu? Apa isi kepalamu? Mana suara hatimu yang sebenarnya? Aku ingin tahu.
Aku tak mau menjadi asing lagi. Aku tak mau menyaksikan kamu menggunakan bahasa formal itu lagi. Aku tak mau melihat kamu pergi lagi.
Aku takut.
“Kita” akan hilang lagi.